Jumat, 01 Juni 2012

preposisi dalam bahasa indonesia

BAB 1
PENDAHULUAN

        Latar Belakang dan Masalah
    Latar Balakang
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia disekolah-sekolah  mencakup tig komponen pokok,yaitu kebahasaan,pemahaman,dan penggunaan.Penguasaan ke tiga komponen tersebut di maksudkan agar siswa dapat berkomunikasi dengan baik dan benar,baik secara lisan maupun secara tertulis. Hal ini dapat tercapai apabila guru dapat menyiapkan materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang mengarah pada penguasaan ketiga komponen tersebut,sesuai dengan rambu-rambu pembelajaran yang ditentukan dalam GBPP/Kurikulum 1994.
Salah satu komponen pembelajaran bahasa dan sastra yang mendasar dikuasai siswa adalah komponen kebahasaan. Komponen ini di anggap penting karena kedua komponen lainya ( pemahaman dan penggunaan ) tidak dapat dikuasai dengan baik oleh siswa,bila tidak menguasai komponen kebahasaan. Oleh karena itu,pembelajaran kebahasaan yang dilaksanakan oleh guru,baik terpadu maupun terpisah dengan yang lainnya tetap mendapat perhatian utama dalam pembelajaranbahasa dan sastra indonesia.
Di antara materi pembelajarankebahasaan yang patut dikuasai siswa adalah preposisi. Materi ini telah diperkenalkan kepada siswa sejak sekolah dasar hingga jenjang yang lebih tinggi ( SLTP dan SMU ) sesuai dengan tingkat pendidikan dan kebutuhab siswa ( pembelajar). Pentingnya penguasaan preposisi bahasa indonesia, khususnya pada jenjang SLTP termuat dalam tujuan khusus pembelajaran kebahasaan butir 6, yakni ‘’ siswa mampu mengenal dan mengetahui berbagai kata tugas dan preposisi’’ (GBPP SLTP<1993: 2). Hal ini menunjukan bahwa penguasaan preposisi bagi jenjang SLTP mutlak diperlukan untuk mendukung penguasaan aspek kebahasaan mereka. Akan tetapi keluhan berbagai kalangan utamanya para guru bahasa dan sastra indonesia terhadap penguasaan preposisi bahasa indonesia terus bergulir. Diantara keluhan tersebut adalah kurangnya penguasaan preposisi bahasa indonesia siswa,baik pada jenjang baik pada jenjang sekolah menengah (SMA dan SMK). Kurangnya penguasaan siswa tersebut terkait pula dengan kemampuan mereka memahami preposisi bahasa indonesia. 
Ramlan (1987:9) mengemukakan bahwa kemampuan memahami preposisi bagi siswa di sekolah-sekolah adalah sangat penting untuk menunjang kecermatan mereka menuangkan gagasan secara tertulis. Sebab , pada kenyataanya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menempatkan preposisi ataupun menuliskan preposisi bahasa indonesia dengan tepat ketika mereka ingin menuangkan gagasan secara tertulis,baik dalam bentuk kalimat,paragraf,maupun karangan.
Dari kenyataan yang dikemukakan di atas perlu dilakukan upaya peningkatan penggunaan preposisi bahasa indonesia siswa. Upaya meningkatkan kemampuan siswa menggunakan preposisi bahasa indonesia, telah berjalan cukup lama dalam pembelajaran bahasa indonesia disekolah-sekolah baik di tingkat SD,SLTP, maupun SMU. Termasuk pula di SLTP Negeri 2 Kosambi. Diantara upaya yang dilakukan oleh guru bahasa dan sastra indonesia dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap preposisi bahasa indonesia adalah melakukan kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan melatih siswa menggunakan preposisi pada saat menuangkan gagasan secara tertulis,baik dalam bentuk kalimat,paragraf,maupun karangan. Dalam hal ini siswa dibawa kepengalaman melakukan kegiatan menggunakan preposisi dalam konteks yang sesungguhnya. Untuk mempertajam keterampilan siswa menggunakan preposisi bahasa indonesia, siswa tidak saja diarahkan pada upaya penggunaan preposisi dalam bentuk komunikasi tertulis, tetapi juga dalam bentuk komunikasi lisan. Hal itu  tampak dan cara guru memanfaatkan berbagai teks tertulis dan jenis komunikasi lisan sebagai sumber pembelajaran bahasa dan sastra indonesia selama ini.

Sehubungan dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh guru bahasa dan sastra indonesia dalam meningkatkan penggunaan preposisi tersebut di atas, tingkat keberhasilannya perlu di ukur melalui pengumpulan informasi dan analisis. Pengukuran keberhasilan siswa menggunakan preposisi bahasa indonesia didasarkan pada kenyataan bahwa preposisi atau kata depan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa indonesia dan dalam tutur setiap hari. Data dan informasi seperti itulah yang hendak di gali dari penelitian” kemampuan menggunakan preposisi bahasa indonesia siswa kelas 1 SLTP Negeri 2 Kosambi” ini pilihan terhadap kelas 1 SLTP Negeri 2 Kosambi ini didasrkan pada pertimbangan bahwa jenjang kelasa 1 merupakan dasar pembentukan penhetahuan kebahasaan bagi siswa SLTP melalui jenjang sekolah dasar karena materi ini telah diperkenalkan kepada siswa sejak kelas IV SD walaupun dalam tingkatan yang sederhana, pada jenjang pendidikan sekolah dasar kelas 1V, preposisi diperkenalkan dengan sebutan kata depan dan merupakan bagian dari pembelajaran struktur bahasa Indonesia. Materi pembelajarannya antars lain memuat: kata depan tempat: di, ke: kata depan waktu: pada; dan kata depan alat: dengan (GBPP SD, 1993: 39)
1.1.2.Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapatlah dirumuskan masalah penelitian ini, yakni: “Apakah penggunaan preposisi bahasa Indonesia siswa negeri 2 kosambi?”
       Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang lengakap mengenai kemampuan preposisi bahasa indonesia siswa kelas 1 SLTP Negeri 2 kosambi


1.1.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru bahasa indonesia utamanya di SLTP Negeri 2 kosambi dalam upaya menghindari atau mencegah kesalahan yang sejenis pada waktu yang akan datang, sehingga dapat menggunakan preposisi bahasa indonesia dengan tepat dalam berbagai konteks komunikasi, baiak secara lisan maupun tertulis. 
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan penelitian dan pengkajian lanjutan yang relevan dengan objek penelitian ini.
    Ruang Lingkup Penelitian
Untuk terarahnya penelitian ini perlu ditetapkan ruang lingkup kajian sesuai dengan kemampuan menggunakan preposisi bahasa indonesia siswa kelas 1 SLTP. Secara umum preposisi bahasa indonesia terbagi dalam dua jenis, yaitu preposisi monomorfemis dan polimorfemis. Polimorfemis terbagi pula kedalam dua bagian, yaitu preposisi polifermis dengan afiks dan preposisi polimorfemis berupa gabungan kata. Kedua jenis preposisi tersebut ditetapkan sebagai objek penelitian ini yang disesuiakan dengan materi preposisi yang ada dalam GBPP MPBSI SLTP kelas 1. Materi preposisi yang sesuai dengan GBPP tersebut sekaligus menjadi objek penelitian ini mencakup:
    preposisi monomorfemis atau preposisi tunggal: di, ke, dari, pada, dengan, seluruh. Terhadap.
    Preposisi polimorfemis atau preposisi majemuk: daripada, kepada, sampai, dengan.




1.4 Batasan Istilah
Batasan istilah yang digunakan berkaitan dengan judul penelitian ini adalah sebagai berikut:
    kemampuan menggunakan preposisi adalah kesanggupan atau kecakupan siswa menggunakan preposisi bahasa indonesia susuai dengan konteks kalimat yang benar, baik secara lisan maupan tertulis.
    Preposisi adalah kata tugas yang terletak di depan kategori lain yang berfungsi sebagai penanda unsur pembentuk frasa preposisional yang eksosentris.
    Preposisi monomorfemis atau preposisi tunggal adalah preposisi yang terdiri hanya atas morfem dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya,
    Preposisi polimorfemis atau preposisi majemuk adalah preposisi yang merupakan gabungan dua preposisi dan tidak dapat diperkecil lagi bentuknya.
 









BAB II
    KAJIAN PUSTAKA   
2.1 Pengertian Preposisi
Hampir semua buku bahasa membicarakan masalah kata depan atau preposisi. Dalam kajian pustaka yang dijadikan sebagai acuan penelitain ini, digunakan istilah preposisi dan istilah kata depan, dengan alasan bahwa istilah itu sudah sangat lazim dipakai dalam lingkungan pengajaran tata bahasa di sekolah-sekolah.
Dalam buku-buku tata bahasa indonesia pada umumnya kata depan ditentukan secara tradisional, sebagai kata yang mengatakan hubungan atau pertalian antara pengertian yang satu dengan ytang lainnya (Ramlan, 1987: 13). Berbeda dengan penentuan diatas, yaitu penentuan yang dilakukan oleh Keraf, Slametmuljana, Wojowasito, dan Moelino.
Keraf dalam bukunya tata bahasa indonesia menentukan kata depan berdasarkan ciri morfologi dan ciri sintaksis. Secara morfologi, pada umumnya kata depan sukar sekali mengalami perubahan bentuk dan secara sintaksis kata golongan tersebut tidak dapat mendduki fungsi subjek, predikat dan objek, melainkan berfungsi untuk memperluas atau mengadakan transfomasi kalimat. Selain itu, kata depan tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.
Slametmuljana dalam bukunya kaidah bahasa indonesia (jilid 2) menentukan kata depan berdasarkan fungsi kata dalam kalimat. Berdasarkan fungsinya kata-kata itu digolongkan menjadi empat bagian, yakni golongan kata-kata membantu pertalian.
Wojowasito dalam bukunya pengantar sintaksis bahasa indonesia menentukan kata depan berdasarkan ciri sintaksis, bahwa kata golongan ini memiliki fungsi adverbal yang biasanya terletak di muka kata benda. Selain itu, dikemukakan bahwa kata golongan ini menyatakan hubungan antara pernyataan yang terkandung dalam kata-kata dimuka dan dibelakangnya.
Moeliono dalam bukunya penyusun tata bahasa struktural menyinggumg pula masalah kata depan. Ia menyebutnya dengan istilah preposisi. Menurutnya kata preposisi yang termasuk ke dalam golongan partikel merupakan kata yang pada umumnya mendahului kata nominal dan taiak pernah terdapat pada akhir kalimat.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas, dapatlah dikemukakan bahwa kta depan atau preposisi adalah kata tugas yang bertugas saebagai unsur pembentuk frasa preposisional. Preposisi terletak dibagian awal frasa dan unsur yang mengikutinya dapat berupa nomina, adjektiva, atau verba.
Beberapa pengertian lain yang berkaitan dengan preposisi yakni sebagai berikut:
    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) dikemukakan bahwa preposisi kata yang biasas terdapat didepan nomina.
    Chaer (1987:23) mengatakan bahwa preposisi adalah kata atau gabungan kata yang berfungsi menghubungkan kata atau frasa sehingga terbentuk sebuah frsa eksosentrik, yakni frasa yang lazim menduduki funfsi keterangan dalam kalimat.
    Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dikatakan bahwa preposisi atau kata depan kata tugas yang bertugas sebagai unsur pembentuk frasa preposisi.
    Wedhawati, (1990:7-8) menemukakan pula bahwa preposisi dapat didefenisikan sebagai golongan kata yang merupakn srtuktur, yaitu golongan kata yang hanya memiliki fungsi di dalam struktur sintaksis.
    Dalam Kamus Linguistik dikatakan pula bahwa preposisi (preposition) adalah partikel yang biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata lain dalam ikatan eksosentris, misalnya di, ke, dan dari.
    Efendi dan Aritonang (1993:64) juga mengatakan bahwa preposisi dapat dinyatakan sebagai dua wujud, yakni pelengkap preposisi dan bagian lain dalam kalimat.
2.2  Jenis-jenis Preposisi
Kridalaksana(1993:55-97) mengemukakan preposisi terbagi atas tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
    Preposisi dasar, yakni preposisi yang tidak dapat menghalangi proses morfologis.
    Preposisi tuturan yang terbagi atas dua bagian, yaitu (1) gabungan preposisi dengan preposisi dan (2) gabungan preposisi dengan nonpreposisi.
    Preposisi yang berasal dari kategori lain, misalnya pada,tanpa, dan sebagainya,termasuk beberapa preposisi yang berasal dari kelas kata lain yang berprefiks se-,misalnya selain,sesmenjak,dan sebagainya.
2.3 Ciri-ciri Preposisi 
    Ciri-ciri preposisi dapat diketahui melalui beberapa cara yaitu:
    Secara morfologis,preposisi sukar sekali mengalami perubahan bentuk walaupun ada yang mengalami perubahan bentuk;
    Secara sintaksis, preposisi tidak dapat menduduki fungsi subjek, predikat, objek dalam kalimat.
    Secara semantik, preposisi tidak dapat memililki arti leksikal.
    Dari segi distribusinya, preposisi tidak pernah terdapat di akhir kalimat dan biasanya mendahului nomina(Ramlan, 1987:16).
Jika di lihat dari manifestasi kriteria fungsi, maka preposisi, (1) menyatakan pertalian kata benda tertentu dengan kata lain dalam kalimat, (2) menyatakan pertalian maka kata-kata atau bagian-bagian ka;imat atau penanda konstruksi frasa eksosentrik.

2.4  Preposisi Monomorfemis
    Preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri hanya atas morfem dan karena itu tidak dapat diperkecil lagi bentuknya. Berikut adalah preposisi dalam bahasa indonesia beserta beberapa fungsinya.
    bagi
    untuk          menandai hubungan peruntukan
    buat
    guna

    dari                               menandai hubungan asal, arah, dari suatu tempat
    dengan        menandai hubungan kesertaan atau cara
    di    menandai hubungan tempat berada

    ke        menandai hubungan arah menuju suatau tempat
    oleh    menendai hubungan pelaku
    pada    meandai hubungan tempat atau waktu
    tentang        menandai hubungan ihwal atau peristiwa
    sejak    menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain (Depdikbud, 1988:288).
        Menurut alwi et.al (1999: 288) preposisi monomorfemis pada prinsipny sama dengan preposisi sama dengan preposisi tunggal yaitu preposisi yang hanya terdiri atas satu kata . bentuk preposisi tunggal tersebut berupa (1) kata dasar, misalnya di, ke, dari, dan pada dan (2) kata berafiks seperti selama, mengenai, dan sepanjang. Selanjutnya, Alwi, et.al menjelaskan bahwa preposisi yang berupa kata dasar hanya terdiri atas satu morfem. Berikut adalah contohnya:
    akan    takut akan kegelapan
    antara    antara anak dan ibu
    bagi    bagi para siswa
    buat    buat teman-teman
    dari    berasal dari bogor
    demi    demi orang tua
    dengan    pergi dengan temannya
    di    tidur di kursi
    ke    pergi ke kantor
    pada    ada pada saya
    oleh    di beli oleh Ali. (Alwi, et.al, 1992: 289).
Penulisan di, ke sebagai awalan:
    diusir                (sebagai awalan)
    diinjak                (sebagai awalan)
    diambil            (sebagai awalan)
    kekasih                (sebagai awalan)
    kehendak            (sebagai awalan)
    ketua                (sebagai awalan)
Penulisan di, ke, sebagai preposisi:
    Di samping            (sebagai preposisi)
Di bawah            (sebagai preposisi)
    Di atas                (sebagai preposisi)
    Ke kantor            (sebagai preposisi)
    Ke sana            (sebagai preposisi)
2.5. Preposisi Polimorfemis
    Preposisi polimorfemis atau preposisi majemuk terdiri atas dua macam, yaitu (1) yang dibentuk dua preposisi yang berdampingan, dan (2) yang dibentuk dengan dua preposisi yang berkorelasi.
2.5.1. Preposisi Polimorfemis yang berdampingan
    Preposisi polimorfemis yang berdampingan terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan. Berikut adalah contoh preposisi yang berdampingan.
    Daripada        Menara ini lebih tinggi daripada pohon itu.
    Kepada        Buku itu diberikan kepada adik.
    Oleh  karena        Ia tidak termasuk oleh karena penyakitnya.
    Sampai  ke         Kami berjalan sampai ke bukit.
Sampai dengan     Andri menjawab soal nomor 1 sampai dengan nomor 5.
(Alwi,et.al,1999:289-290)
2.5.2. Preposisi Polimorfemis yang Berkorelasi.
    Preposisi Polimorfemis yang berkorelasi ini terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain. Berikut contohnya:
    Antara......dengan....
    Dari........hingga.....
    Dari .......ke.....
    Sejak.....sampai....
    Sejak.....hingga....
    Contoh :
Antara dia dangan adiknya ada perbedaan yang mencolok.
    Kami membanting tulang dari pagi hingga petang.
    Kami tidak tahu berapa jauhnya dari rumah kami sampai ke desa itu.
    Dari lahir sampai berumur sepulh tahun dia ikut neneknya.
    Saya tidak bertemu dengan beliau lagi sejak rapat itu hingga kini.
    Sejak menikah sampai punya anak satu kami tidak berumah sendiri.
(Alwi,et,el,1999:291)
2.6. Penggunaan Preposisi.
    Telah kita pahami bahwa kata dalah kesatuan bahasa yang terkecil yang melambangkan pengertian, sedangkan arti atau makna adalah hubungan berupa tanda atau lambang bunyi ucapan dengan hal atau barang yang dimaksudnya yang telah disepakati oleh masyarakat pemakai bahasa (Ambari,1986:208).
    Bahasa adalah suatu sistem tanda. Yang dimaksut tanda adalah tiap lambang yang digunakan sebagai alat komunikasi. M enurut Fredinan de Saussure di sini adalah persatuan yang tidak terpisahkan antara makna (signifie) dengan bentuk (signifiant).dengan bentuk (signifikant).
Bertolak dari pendapat di atas,preposisisi atau kata depan sebagai salah satu unsur bahasa harus dikaji dua aspek tadi, yaitu arti kata dan bentuk kata. Makna dimakssudkan sebagai peerubahan arti akibat anaksir preposisi sedangkan bentuk adalah wujud yang langsung dilihat dan didengar.
Menurut ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, preposisi di, ke, dapat ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, atau ditrulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, Dengan alasan bahwa preposisi di, ke, mempunyai dua fungsi yaitu sebagai preposisi.
Jadi di, ke sebagai awlan makna penulisannya dilakukan secara serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di, ke sebagai  preposisi penulisannya dilakukan secara terpisah dengan kata yang mengikutinya. Dengan demikian akan tampak perbedaannya, berikut ini contoh penulisan di,ke sebagai awlan preposisi.
Penulisan di, ke sebagai awalan:
diusir                               (sebagai awalan )
diinjak                             (sebagai  awalan)
diambil                            (sebagai awalan)
kekasih                            (sebagai awalan)
kehendak                        (sebagai awalan)
ketua                                (sebagai awalan)
Penulisan di,ke  sebagai preposisi:
di samping                     ( sebagai preposisi)
di bawah                           (sebagai preposisi)
di atas                                (sebagai preposisi)
ke kantor                           (sebagai preposisi)
ke kendari                         (sebagai preposisi)
ke sana                               (sebagai preposisi)
Disamping itu, preposisi ke,dari dengan preposisi lainnya agaknya mengalami kesulitan kiarena preposisi kepada sering orang  menulisnya ke pada dan preposisinya dari pada orang sering menulisnya dari  pada, padahal kedua gabungan preposisi itu sudah dianggap senyawa (Badudu, 1985:  150). Sejalan dengan penjelasan di atas, maka berikut ini berbagai penerapanya dalam kalimat.
2.6.1 Penggunaan PreposisiMonomorfemis
Penggunaan preposisi monofermis di, ke, dan dari masing masing memberikan makna tertentu. Berikut adalah contoh penggunaanya dalam kalimat.
     Preposisi di gunakan untuk menandai makna tempat berada (Ramlan, 1980: 65)
Contoh:
      Ledakan com pertama diperingati di Hirosima.
      Aku menemukan seorang anak yang sudah sangat lemah di hutan ilalang.
      Pengambilan batu karang, batu hitam, dan pasir pantai semakin meningkat di beberapa tempat.
    Preposisi di digunakan untuk menandai makna sebagian dari (Ramlan, 1980:69)
          Contoh:
     Ia   mengundang kita ke kebun   karet..
     Sehari penuh mereka akan bertamasya ke pantai.
     Nina mengankat bahu melihat ke kiri dan ke kanan, lalu keluar.
    Saya berangkat menuju ke kapal itu.

      Preposisi  di gunakan untuk menandai makna sebagian dari (Ramlan, 1980: 69)
Contoh:
    Di antaranya mereka ada yang menderita sakit jiwa.
    Dua orang di antara mereka duduk di kursih roda.
    Ketika itu, di antara seperempat juta jiwa yang hadir terdapat lebih dari seratus wakil pemerintah dari  berbagai negaraa dan tokoh-tokoh trkemuka.

    Preposis dari digunakan untuk menandai makna asal (Ramlan, 1980:46)
Contoh:
    Pak Sukar dari Jakarta.
    Bahan pencemar itu sembiulan puluh persen dari darat.



                                          






    BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITAN
3.1. Jenis dan Penelitian
Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian lapangan. Sedangkan metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, yakni berusaha mendeskripsikan kenyataan- kenyataan yang ditemuykan dilapangan, umumnya yang berhubngan dengan kemampuan menggunakan preposisi bahasa Indonesia siswa kelas I SLTP Negeri 2 Kosambi. Pendiskipsian kemampuan menggunakan preposisi bahasa Indonesia tersebut didukung dengan angka- angka perhitungan berdasarkan prinsip- prinsip statistik.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas I SLTP Kusambi yang terdaftar pada tahun pelajaran 2002/ 2003. Populasi tersebut berjumlah 120 orang yang tersebar pada tiga kelas parallel dengan karakteristik homogeny. Dalam hal ini tidak ada kelas unggulan.
3.2.2. Sampel Penelitian
Sampel yang diterapkan sebagai sasaran penelitian ini adalah 60 orang dari jumlah populasi. Dalam hal ini setiap kelas diwakili 20 siswa yang ditetapkan dengan teknik random sampling. Penggunaan random sampling ini didasarkan pada pertimbangan bahwa populasi memiliki peluang sama untuk ditetapkan sebagai sampel penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Dixon dan massey (dalam samiyono, 1991 :54) bahwa populasi yang memiliki karakteristik yang homogeny memiliki peluang sama untuk ditetapkan sebagai sampel.
Adapun langkah-langkah penetapan sampel dengan teknik random sampling tersebut adalah (1) menyediakan lembaran kertas kecil sebanyak jumlah populasi setiap kelas, (2) memberi kode berupa angka 1-20, (3) menggulung kertas kecil itu dengan sebaik- baiknya, (4) memesukan gulungan kertas kedalam kotak, (5) mengaduk gulungan kertas dan setiap siswa mengambil satu gulung, kemudian siswa yang mendapat gulungan kertas bernomor menjadi sampel penelitian.
3.3 Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan instrument berupa tes kemampuan menggunakan preposisi bahasa Indonesia untuk siswa kelas I Kelas SLTP yang dikembangkan preposisi bahasa Indonesia untuk siswa kelas I SLTP yang dikembangkan berdasarkan materi kelas I semester I sebagaimana yang termuat dalam ruang lingkup penelitian ini. Tes tersebut digunakan atau diberikan kepada 60 responden yang memiliki siswa kelas I SLTP Negeri 2 Kosambi. Hal- hal yang bersangkut- paut denga penelitian tersebut dapat dilihat pada uraian penelitian berikut.
3.3.1 Bentuk Instrumen
Bentuk teks yang digunakan untuk mengetahui kemampuan menggunakan preposisi bahasa Indonesia siswa kelas I SLTP Negeri 2 Kosambi ini adalah esai tertutup berupa pembuatan kalimat dengan menggunakan preposisi yang ditetapkan sebagai terlampir. Penggunaan teks tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan tes ini diharapkan materi yang dikembangkan untuk mengetahui kemampuan menggunakan preposisi bahasa Indonesia benar-benar dapat mengukur kemampuan siswa kelas I SLTP Negeri 2 Kosambi menggunakan preposisi sesuai dengan konteks kalimat yang benar.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel yang ditetapkan sebagai sasaran penelitian ini adalah 60 orang dari jumlah populasi. Dalam hal ini setiap kelas diwakili 20 siswa yang ditetapkan dengan teknikrandom sampling. Penggunaan random sampling ini didasarkan pada pertimbangan bahwa populasi memiliki peluang yang memiliki karakteristik yang homogen memiliki peluang sama untuk ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian  bahwa populasi yang memiliki karakteristik yang homogeny memiliki peluang sama untuk ditetapkan sebagai sampel. Untuk membuat kalimat dengan menggunakan preposisi bahasa Indonesia yang ditetapkan, yakni masing- masing preposisi digunakan untuk dua kalimat sehingga total skor dari 10 butir soal tersebut adalah 20. Preposisi yang digunakan untuk pembuatan kalimat tersebut dikembangkan dari dua komponen kemampuan menggunakan preposisi bahasa Indonesia, yakni 17 butir (14 skor) yang berkaitan dengan kemampuan menggunakan preposisi monomorfemis dalam kalimat: di, ke,dari,pada, dengan, seluruh, terhadap, dan 3 butir (6 skor) yang berkaitan dengan kemampuan menggunakan preposisi polimorfemis dalam kalimat: daripada, kepada, sampai dengan.
Setaip jawaban benar diberi rentangan skor antara 0-2. Realisasi pemberian skor tersebut adalah sebagai berikut:
    Diberi skor 2 apabila kedua contoh kalimat yang dibuat responden dengam menggunakan preposisi tepat.
Contoh:
    Ia tinggal di Kusambi (benar)
    Di sana ia membeli bbarang-barang elektronik (benar)
    Diberi skor 1 apabila hanya satu contoh kalimat yang dibuat benar.
Contoh:
    Ia tinggal di Lainea (benar)
    Di sana ia membeli barang-barang elektronik (salah)
    Diberi skor 0 apabila kedua contoh kalimat yang dibuat responden tidak ada yang benar atau keduanya salah.
Contoh:
    Ia tinggal di Lainea (salah)
    Disana ia membeli barang-barang elekrtonik (salah)
Mengingat jawaban setiap butir terisi atau dua jawaban, mmaka jawaban tertinggi yang diperoleh responden bila menjawab benar semua adalah 20 dan jawaban terendah yang dipewroleh responden bila tidak satupun memberikan jawaban benar adalah 0.
3.4 Uji Coba Tes
Instrumen penelitian (tes kemampuan menggunakan preposisi) sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data, terlebih dahulu diujicobakan pada sekolah lain yang diasumsikan mempunyai pengetahuan yang relarif sama dengan responden . Hal itu dimaksudkan untuk mendapatkan yang valid(sahih) dengan menganalisis kesahihan butir tes (validitas), keterpercayaan alat tes (realibilitas), tingkat kesukaran (TK) , dan daya pembaca (DP) butir tes. Dalam hal itu, uijicoba tes dilaksanakan pada siswa kelas semester I SLTP Negeri 2 Kosambi Tahun 2002/2003, yakni sebanyak 30 orang.
Penetapan SLTP Negeri 1 Lainea sebagai tempat uji coba tes didasarkan pada beberapa pertimbangan sebagai berikut: (1) pengajaran bahasa dabn sastra Indonesia pada sekolah ini sama dengan sekolah tempat sampel, yakni mengacu pada GBPP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia 1994, (2) guru yang mengajarkan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah tenmpat sampel, yakni sama-sama berkualitas S-1  dan mempunyai pengalaman mengajar diatas lima tahun,(3) kemampuan siswa kelas 1 SLTP Negeri 1 Kusambi pada hakekatnya memiliki kemampuan yang relatif sama. Karena kedua sekolah ini tidak meneraopkan adanya kelas unggulan, melainkan siswa dikelompokkan menurut abjad nama siswa.
3.4.1 Validitas Tes
Pengukuran validitas tes ini dimaksudkan untuk menunjukkan tingkat kevalitan atau kesahihan sebuah instrument. Validitas tes yang digunakan berupa validitas tes . Analisis validitas isi dilakukan dengan cara menyesuaikan materi butir tes dengan materi yang termuat dalam GBPP MPBSI 1994 SLTP kelas 1.
Berdasarkan hasil analisis validitas isi disimpulkan bahwa materi kemampuan menggunakan preposisi bahasa Indonesia yang termuat dalam GBPP MPBSI 1994 SLTP kelas 1. Materi preposisi bahasa Indonesia yang termuat dalam GBPP tersebut dinyatakan dalam salah satu tujuan khusus kebahasaan , yakni siswa mampu mengenal dan mengetahui berbagai kata tugas dan preposisi (GBPP SLTP,1994: 2). Walaupun demikian, tetap dilakukan perhitungan korelasi unntuk mengetahui tingkat validitas butir tes yang digunakan sebagai insrtumen penelitian. Perhitungan validitas yang dimaksud menggunakan korelasi product moment dari pearsen (dalam Arikunto, 1998:162) dengan rumus sebagai berikut:
rXY = (N∑XY-(∑X)(∑Y))/√({N∑X2-(∑X)2}  {N∑Y2-(∑y)2})
Keterangan:
N = jumlah responden
X= nilai kemampuan menggunakan preposisi bahasa Indonesia
3.4.2 Reliabilitas Tes
Untuk mengetahui reliabilitas tes yang dilakukan sebagai alat pengumpul data penelitian ini, dapat di hitung denagan menggunakan rumus:
 rii = [K/(K-1)] [(Vt- ∑P4)/Vt]        (Arikunto. 1998:182)
Keterangan :
rii      = Reliabilitas
k     = Jumlah bubar soal
Vt     = Varians total
P    =Preposisi jawaban benar
q     = Preposisi jawaban salah (1-p)
Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan bahwa tes tersebut mempunyai tingkat reliabilitas yang dikategorikan tinggi. Jadi, tersebut memenuhi syarat untuk digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian.
3.4.3 Tingkat Kesukaran Butir Tes (TK)
Tingkat kesukaran butir tes yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan rumus:
TK = WH + WL
         NH +NL

Keterangan :
TK : Tingkat kesukaran butir tes
WH : Jumlah individu kelompok atas (27% dari atas) yang menjawab benar
WL : jumlah individu kelompok bawah (27% dari bawah) yang menajwab benar
NH : jumlah kelompok atas
NL : jumlah kelompok bawah
Langkah-langkah yag ditempuh untuk menghitung tigkat kesukaran butir tes yag digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
    Menyususn lembaran jawaban dari nilai yang tertinggi sampai yang terendah.
    Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut kelompok atas dan 27% dari bawah yang selanjutnya disebut kelompok bawah.
    Membuat tabel untuk mengetahui jawaban benar atau salah dari setiap responden, baik pada kelompok esukaranatas maupun kelompok bawah.
Penentuan tingkat kesukaran butir tes ini dimaksudkan untuk mengetahui bobot suatu tes yang telah disusun. Menurut Nurkanca (1983: 140) tingkat kesukaran butir tes  dikatakan baik atau layak apabila bergerak antara 0,25 berarti butir tes tersebut terlalu mudah  layak). Demikian pula sebaliknya, butir tes yang mempunyai tingkat kesukaran di atas 0,75 berarti butir tes tersebut terlalu sulit (tidak layak).
Hasil analisis data menunjukkan  bahwa keseluruhan butir tes (20 butir) dinyatakan layak digunakan sebagai instrumen pengumpulan data karena berada pada kategori tingkat kesukaran antara 0,38 sampai dengan 0,63 dengan rincian sebagai berikut:
    1 butir tingkat kesukarannya 0,38
    4 butir tingkat kesukarannya 0,50
    8 butir tingkat kesukarannya 0,56
    7 butir tingkat kesukarannya 0,63
3.4.4 Daya Pembeda Butir Tes (DP)
Oller (dalam Nurkanca, 1983:135) berpendapat bahwa butir tes yang baik indeks pembedanya paling tidak harus mencapai 0,25. Indeks daya pembeda yang kurang dari 0,25 tidak layak dan karena itu perlu direvisi atau diganti. Dengan kata lain, indeks daya pembeda butir tes yang kurang dari 0,25 tidak dapt mebedakan antara siswa kelompok pandai dengan siswa kelompok tidak pandai (bodoh).
Tingkat kesukaran butir tes yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan rumus:
 DP = WH - WL
         NH - NL
Keterangan :
DP : Tingkat kesukaran butir tes
WH : Jumlah individu kelompok atas (27% dari atas) yang menjawab benar
WL : jumlah individu kelompok bawah (27% dari bawah) yang menjawab benar
NH : jumlah kelompok atas
NL : jumlah kelompok bawah
Langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung daya pembeda butir tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
    Menghitung  jawaban yang salah setiap butir tes pada siswa kelompok di atas.
    Menghitung jawaban yang salah setiap butir tes pada siswa kelompok bawah
    Mengurangkan jumlah jawaban yang salah pada siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah
    Menghitung hasil pengurangan pada butir tiga kemudian dibagi dengan jumlah siswa kelompok atas atau kelompok bawah.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 20 butir tes yang dijadikan sebagai instrumen pengumpulan data , semuanya layak digunakan karena mempunyai daya pembeda 0,25 sampai dengan 0,75 dengan rincian sebagai berikut:
    6 butir yang mempunyai daya pembeda 0,25
    8  butir yang mempunyai daya pembeda 0,38
    4 butir yang mempunyai daya pembeda 0,50
    1 butir yang mempunyai daya pembeda 0,63
    1 butir yang mempunyai daya pembeda 0,75
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan dengan instrumen berupa tes kemampuan menggunakan preposisi bahasa indonesia, bentuk esai tertutup yang disusun dan diuji tingkat validitas dan rediabilitasnya. Tes dilaksanakan setelah siswa (responden) mendapat petunjuk atau arahan tentang cara menyelesaikan keseluruhan butir tes. Siswa (responden) menyelesaikan keseluruhan butir tes  pada lenbar jawaban yang disediakan selama 90 menit (2 x 45 menit).
Prosedur penggumpulan data dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
    Tes kemampuan menggunakan preposisi bahasa indonesia  (sebanyak 20 butir) beserta lembar jawaban dibagikan kepada responden.
    Responden di minta menjawab keseluruhan butir soal pada lembar jawaban yang disediakan dengan cara membuat kalimat dengan menggunakan preposisi yang tersedia.

3.6 Teknik Analisis Data
Keseluruhan data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Statistik yang dimaksud adalah berupa persentase. Persentase digunakan untuk menggetahui persentase penggunaan atau kebenaran jawaban siswa terhadap butir tes yang disediakan.
Skor kumulatif yang dicapai siswa kemudian ditafsirkam kedalam nilai yang ditetapakan berdasarkan Penelitian Acuan Patokan (PAP). Patokan penelitian yang digunakan mengacu pada ketepatan yang berlaku di sekolah tempat penelitian.
Rumus yang digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar individual adalah:
(jumlah jawaban yang benar)/(jumlah seluruh skor (20)) x 100% (Depdikbud 2002:35)
Selanjutnya, rumus yang digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar klasik responden adalah
(jumlah responden yang mencapai pemguasaan minimal 65%)/(jumlah seluruh responden) x 100%



DAFTAR PUSTAKA
Alwi, et.al. 1999. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta:                    Balai Pustaka.
Alwi, et.al. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto, Suharsini. 1998. Produser Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Badudu, J.S. 1985. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Chaer, Abdul. 1987. Tata Bahasa Praktis.Jakarta: Bhatara.
Depbikbud. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.. Jakarta: Balai Pustaka.
Efendi, Usman dan Aritonang.1993. Pelajaran Bahasa Indonesia dari Hal Kata Jadian(Cetakan Kedelapan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kridalaksana, Harimurti. 1986, Kelas kata Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Moeliono, Anto. 1976. Penyususunan Tata bahasa Stuktural. Jakarta: Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia.
Nurkancana, Wayan. 1983. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Ramlan, M. 1980. Kata Depan atau Preposisidalam Bahasa Indonesia.Yogyakarta: Karyono.
Samiyono, Sri Kustamtini. 1991.Pengantar Analisis Statistik (Edisi Keempat).Yogyakarta:Gadja Mada Uninersity Press.
Slametmuljana.1967. Kaidah Bahasa Indonesia (Jilid 2). Jakarta Djambatan
Wedhawati. 1990. Leksikal Verbal Indonesia yang Berkomponen Makna. Yogyakarta: UGM Press.
Wojowasito. 1967. Pengantar Sintaksis Indonesia. Bandung: Shinta Dharma.












DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
    Latar Belakang Masalah
    Latar Belakang
    Masalah
1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.2.1 Tujuan
1.2.2 Manfaat
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
1.4 Batasan Istilah
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Preposisi
2.2 Jenis-jenis Preposisi
2.3 Ciri- ciri Preposisi
2.4 Preposisi Monomorfemis
2.5 Preposisi Polimorfemis
2.5.1 Preposisi Polimorfemis yang Berdampingan
2.5.2 Preposisi Polimorfemis yang Berkorelasi
2.6 Penggunaan Preposisi
2.6.1 Penggunaan Preposisi Monomorfemis
2.6.2 Penggunaan Preposisi Polimorfemis



BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
3.1 Jenis dan Metode Penelitian
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3 Instrumen Penelitian
3.3.1 Bentuk Tes
3.3.2 Butir-butir Tes
3.4 Ujicoba Tes
3.4.1 Validitas Tes
3.4.2 Reliabilitas Tes
3.4.3 Tingkat Kesukaran Butir Tes (TK)
3.4.4 daya Pembeda Butir Tes (DP)
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.6 Teknik Analisis Data







Tidak ada komentar:

Posting Komentar